Stimulus-Response Theory Di Kehidupan Sehari-Hari

Brefly Wesly Siagian
4 min readJul 8, 2021

--

Sebelumya kita sudah mencoba menerapkan Stimulus-Response Theory pada cerita Mawar, hari ini kita akan membahas seputar dasar teori itu dalam kehidupan sehari-hari secara singkat dan ringan.

https://i1.wp.com/tyonote.com/wp-content/uploads/2021/03/Stimulus_Response_Theory.jpg?resize=1536%2C768&ssl=1

Istilah pertama yang perlu kita pahami dalam teori ini adalah rangsang (stimulus). Rangsang adalah peristiwa yang terjadi baik di luar maupun di dalam tubuh kita. Misalnya perut kosong atau otot yang ngilu yang memungkinkan tingkah laku. Perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya rangsang, disebut tingkah laku balas (response).

Hubungan rangsang balas yang sudah sangat kuat akan menimbulkan refleks, yaitu tingkah laku yang sendirinya timbul ketika ada rangsang tertentu. Refleks dalam teori rangsang balas merupakan dasar dari proses belajar.

Dengan pengertian tersebut, Skinner mengemukakan tiga fungsi rangsang yang diberi istilah :

  1. Pembangkitan (Elicitation);
  2. Diskriminasi (Discrimination); dan
  3. Penguat (Reinforcement).

Mari kita bahas satu per satu:

Pembangkitan dimaksudkan untuk rangsang yang langsung menimbulkan tingkah laku balas. Misalnya makanan yang langsung menimbulkan air liur pada manusia ataupun hewan yang melihatnya. Contohnya : Mangga muda pada manusia atau tulang/makanan anjing pada hewan (anjing).

https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Pavlov%27s_dog_conditioning.svg

Sedangkan pada rangsang diskriminasi, tingkah laku balas tidak segera timbul, karena rangsang itu hanya merupakan pertanda akan datangnya rangsang pembangkit. Misalnya, seseorang mendengar suara penjual makanan, suara itu merupakan tanda bahwa ada makanan yang dibawa oleh penjual. Orang yang mendengar suara itu tidak langsung mengeluarkan air liur, sebelumnya suara penjual akan diproses otak untuk menimbulkan response, setelah penjual datang dan makanan ada didepannya barulah air liurnya keluar.

Pada rangsang penguat, fungsi rangsang adalah untuk memperkuat atau memperlemah tingkah laku balas yang akan timbul. Misalnya seorang anak mendapat pujian karena belajar makan sendiri, pujian itu merupakan rangsang penguat, sebaliknya jika anak itu tidak memakan dan menumpahkan makanannya, anak itu akan mendapat hukuman, sehingga anak itu tidak mau lagi menumpahkan makanannya. Hukuman itu merupakan rangsang penguat negatif, karena rangsang memperkuat hambatan untuk timbulnya tingkah laku balas tadi.

Istilah lain yang sering digunakan dalam teori ini adalah dorongan. Kaum mediationist, Hull dkk sangat mementingkan konsep ini, menurutnya, dorongan adalah semacam energi yang mengarahkan individu kepada tingkah laku tertentu. Pilihan tingkah laku ditimbulkan oleh kebutuhan (need).

Dengan demikian kebutuhan dan dorongan merupakan variabel yang ada antara rangsang dan tingkah laku balas. Misalnya seseorang sedang melewati coffee shop dan melihat toples isi kopi hitam, atau mencium wangi kopi, kebetulan orang itu sedang mengantuk, maka timbullah dorongan untuk membeli kopi. Dalam hal ini dorongan dan kebutuhan berjalan searah, namun ada kalanya dorongan tidak sejalan dengan kebutuhan.

Dollar dan Miller sepaham dengan Hull dan mengemukakan dua jenis dorongan pada manusia, primer dan sekunder. Dorongan primer adalah dorongan bawaan, seperti lapar, haus, sakit dan seks. Dorongan sekunder adalah dorongan yang bersifat sosial yang dipelajari, seperti mendapat upah, pujian dan lainnya.

Konsep lain dalam teori ini adalah penyamarataan (generalization). Misalnya anak kecil melihat ibunya dan mengatakan “Perempuan”, ternyata ia mendapat pujian. Kemudian ia melihat kakak perempuannya dan menyatakan “perempuan” ia mendapat pujian lagi. Selanjutnya ia melihat neneknya dan menyatakan juga “perempuan”, lama-kelamaan ia mengerti bahwa semua orang yang memiliki ciri-ciri seperti ibunya adalah perempuan.

Sebaliknya diskriminasi, Misalnya seorang anak kecil memanggil “mama” kepada ibunya mendapat pujian, kemudian memanggil kakak perempuan dan bibinya “mama” ia tidak mendapat pujian, dicela atau dinasehati, akhirnya ia mengetahui bahwa ia hanya bisa melakukan tingkah laku balas “mama” kalau ia melihat ibunya. Ini sangat penting dalam proses belajar.

Teori rangsang balas ini juga sering disebut teori penguat (reinforcement theory) yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tingkah laku sosial, termasuk menerangkan sikap (attitude). Contoh kecil, misalnya seseorang yang mempunyai sikap positif terhadap makanan pedas, akan selalu lebih memilih atau mengambil atau membeli setiap kali bertemu makanan pedas. Sedangkan orang yang bersikap negatif terdahap makanan pedas akan selalu menghindari jika bertemu makanan pedas. Sikap ini bisa terjadi pada benda, situasi, kelompok dan nilai dan semua hal disekitar manusia.

Salah satu teori yang menerangkan terbentuknya sikap dikemukakan oleh Daryl Beum yang merupakan pengikut Skinner yang berpandangan operant. Ia mendasarkan diri pada penyataan Skinner bahwa tingkah laku manusia berkembang dan dipertahankan oleh anggota masyarakat yang memberi penguat pada individu yang bertingkah laku secara tertentu. Atas dasar itu Beum mengemukakan 4 pendapat :

  1. Setiap tingkah laku baik verbal maupun sosial merupakan suatu hal yang bebas dan berdiri sendiri, bukan merupakan refleksi;
  2. Rangsang dan tingkah laku balas adalah konsep dasar untuk menerangkan gejala tingkah laku;
  3. Prinsip hubungan rangsang balas hanya sedikit, terlihat bervariasi karena bervariasinya lingkungan dimana hubungan rangsang balas itu berlaku;
  4. Dalam analisis tentang tingkah laku perlu diikutsertakan keadaan internal yang terjadi pada waktu tingkah laku timbul, baik yang bersifat fisiologik (kelelahan, lapar, dll) maupun yang bersifat konseptual (dorongan, kehendak, dll).

Sekian sedikit penjelasan tentang Stimulus-Response Theory dan turunannya, mempelajari teori ini berfungsi sebagai control diri dalam mengambil sikap pada lingkungan sekitar.

Demikian tulisan sederhana ini. Jika ada kesalahan dalam penulisan/arti mohon dikoreksi, diberi masukan, dan dimaafkan, semoga bermanfaat. Terimakasih.

--

--

Brefly Wesly Siagian
Brefly Wesly Siagian

Written by Brefly Wesly Siagian

Hi im Brefly Wesly Siagian, specialise in the resolution of disputes between individuals and/or corporations

No responses yet